Translate

Selasa, 12 Juni 2012


Kabar gembira bagi para pegawai negeri sipil (PNS). Gaji ketiga belas bakal bisa segera mereka nikmati.  Akhir bulan lalu, persisnya 28 Mei, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sudah menandatangani Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 57 Tahun 2012 yang akan memberikan tambahan penghasilan berupa gaji atau pensiun bulan ketiga belas.

Kementrian Keuangan tengah memproses mekanisme pencairan gaji ke-13 tersebut. Rencananya pelaksanaannya di bulan Juni ini. "Nanti aku cek dulu ya. Itu harusnya di Dirjen Anggaran," kata Menkeu Agus Martowardojo di kantornya, Kamis (7/6).

Gaji ke-13 bisa dicairkan setelah Menkeu menerbitkan PMK (Peraturan Menteri Keuangan) tentang pencairan gaji tambahan tersebut. Setelah itu, Ditjen Perbendaharaan akan menerbitkan Surat Edaran kepada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) di tiap daerah untuk mencairkan.  Tahun ini pemerintah menganggarkan belanja pegawai sebesar Rp 212,24 triliun. Anggaran tersebut sudah memperhitungkan pembayaran gaji ke-13.

Saat ini daftar gaji masing-masing PNS di bulan Juni tengah direkap untuk dijadikan acuan pembayaran. Pembayaran gaji ke-13 itu merupakan bagian dari upaya meningkatkan kesejahteraan dan meringankan biaya hidup pegawai negeri, pejabat negara, dan penerima pensiun/tunjangan.

"Besarny a gaji, pensiun, tunjangan bulan ketiga belas adalah sebesar penghasilan sebulan yang diterima pada bulan Juni 2012," bunyi Pasal 3 Ayat 1 PP tersebut.

Penghasilan yang dimaksud bagi pegawai negeri meliputi gaji pokok dan tunjangan-tunjangan. Misalnya tunjangan keluarga, tunjangan jabatan/tunjangan umum, dan tunjangan khusus. Sementara bagi penerima pensiun, meliputi pensiun pokok, tunjangan keluarga, dan tunjangan tambahan penghasilan. Kemudian bagi penerima tunjangan hanya menerima tunjangan sesuai peraturan perundang-undangan.

Dalam Pasal 3 Ayat 3 PP Nomor 57 Tahun 2012 itu disebutkan, "Penghasilan sebagaimana dimaksud sebelum dikenakan potongan iuran berdasarkan peraturan perundang-undangan."

Jika pegawai negeri, pejabat negara, dan penerima pensiun atau tunjangan menerima lebih dari satu penghasilan, maka nominal untuk bulan ke-13 hanya diberikan salah satu yang jumlahnya lebih menguntungkan.

Dalam PP tersebut disebutkan, yang termasuk pegawai negeri adalah PNS, anggota TNI, dan Polri. Kemudian, yang masuk klasifikasi pejabat negara, mulai dari presiden, wakil presiden, menteri dan jabatan setingkat menteri. Kemudian ketua, wakil ketua, dan anggota lembaga negara, seperti MPR, DPR, BPK, KPK, dan Komisi Yudisial.

Lembaga peradilan juga termasuk. Yakni ketua, wakil ketua, dan hakim Mahkamah Konstitusi (MK), Mahkamah Agung (MA), hakim pada Badan Peradilan Umum, PTUN, Peradilan Agama, dan Peradilan Militer. Kemudian para kepala daerah, yaitu gubernur dan wakil gubernur, serta bupati/walikota dan wakil bupati/wakil walikota.

Para pensiunan juga ikut mendapatkan gaji ke-13. Yakni pensiunan pegawai negeri, pejabat negara, janda atau duda atau anak penerima pensiun, dan penerima pensiun orang tua PNS yang tewas. Selain itu juga penerima tunjangan veteran, tunjangan kehormatan anggota KNIP, perintis pergerakan kebangsaan dan kemerdekaan atau janda dan dudanya.

Anggaran untuk membayar gaji ke-13 ini dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), serta Anggaran dan Pendapatan Belanja Daerah (APBD) bagi PNS Daerah, Gubernur dan Wakil Gubernur, serta Bupati/Wakil Bupati dan Walikota/Wakil Walikota. (fal/sof/ttg)

Rabu, 09 Mei 2012

Terapi Ion Rendam Kaki Benar Terapi Atau Penipuan



Pernahkah anda melihat sistem terapi detox kaki?Di Pontianak terapi ini sedang populer! Jika sering bepergian ke pusat keramaian seperti supermarket atau mal, maka pasti anda pernah melihatnya. Sistem terapi ini bekerja dengan menempatkan kedua kaki peserta terapi ke dalam sebuah bak yang terhubung ke sebuah alat. Terapi ini diklaim berfungsi untuk mengeluarkan racun dari dalam tubuh melalui kaki. Setelah kurang lebih 30 menit, air dalam bak yang tadinya jernih akan menjadi berwarna merah kekuning-kuningan pekat. Zat yang berwarna pekat ini adalah racun yang berasal dari tubuh peserta. Sungguh menakjubkan! Hanya dalam 30 menit sudah sedemikian banyak racun yang berhasil dikeluarkan dari tubuh peserta.

Jika ditanya, para pemasar alat ini –yang seringkali berpakaian putih-putih selayaknya seorang dokter– dengan sigap akan menjelaskan bahwa terapi detox akan mengurangi resiko terkena berbagai macam penyakit mulai dari pusing-pusing sampai kanker dan diabetes.

Yang menjadi pertanyaan: Apakah kenyaatannya benar seperti yang mereka klaim?


Alat detoksifikasi ini dapat dibeli dengan harga sampai jutaan rupiah atau peserta dapat melakukan terapi pada tempat-tempat yang populer dengan nama ‘Foot Spa’ dengan harga antara 100-200 ribu rupiah per sesi. Harga yang tidak mahal –menurut para penjual– jika dibandingkan dengan manfaat yang didapat.

Di Indonesia, media massa beberapa kali mengulas terapi detoks ini. Sayangnya, seluruh artikel-artikel tersebut tak lebih daripada sebuah promosi terselubung. Sebagai contoh adalah artikel “Sehat dengan Detoksifikasi” dari Tabloid Bisnis Uang atau artikel “Detoksifikasi: Bikin Hidup Lebih Hidup” dari Tabloid Senior.

Ray Girvan pada tulisannya “Dodgy Detox” menyimpulkan bahwa semua ini hanyalah sebuah reaksi elektrolisis, suatu topik yang umum pada praktikum anak-anak SD/SMP. Warna merah kekuning-kuningan tersebut adalah besi yang telah teroksidasi yang berasal dari elektroda alat tersebut. Bukanlah suatu kebetulan jika elektroda alat ini perlu diganti dari waktu ke waktu.

As to the brown colour, a number of critics, such as WicklowLass cited below, argue that foot detox machines are simply AC-DC transformers attached to ferrous electrodes that corrode to generate rust when used to electrolyse the saline water in the footbath.

This theory is backed up by some observers who have found by experiment that their feet didn’t need to be in the bath for the brown to appear.

Ben Goldcare dari The Guardian melakukan sebuah penelitian kecil untuk menganalisis kandungan zat air sebelum proses detox dan setelahnya. Kandungan besi setelah ‘terapi’ melonjak sangat tinggi jika dibandingkan sebelumnya. Selain itu, tidak ditemukan urea dan kreatinin pada sampel yang dianalisis, menandakan tidak ada racun yang keluar dari tubuh.

Bravely I sent along my friend Dr Mark Atkins to have himself Aqua Detoxed. He took water samples from the bowl, which we sent off to the Medical Toxicology Unit at New Cross, south-east London. You can only imagine our excitement, especially as they charged us £200 for the analysis. And so – triumphant music – the water taken out before they switched their Aqua Detox machine on contained only 0.54mg per litre of iron (probably from the metal spoon); but afterwards it contained … 23.6mg/l. Our water, from our kitchen table setup, contained 97mg/l (and it was a bit browner).

But did it extract toxins? “Toxin” is classic pseudoscience terminology. Essentially, the Aqua Detox people are offering dialysis, through your feet. Urea and creatinine are probably the smallest molecules – call them “toxins” if you like – that your body gets rid of, in places like urine and sweat: if “toxins” were going to come out, anywhere, you’d expect those to come out, too. There was no urea or creatinine in the water before the Aqua Detox, and there was none in the water afterwards. Which means, I believe, that we win.

Alat ini pun masuk dalam DeviceWatch.org, sebuah situs yang khusus membahas alat-alat medis yang dipertanyakan kebenarannya. Dalam situs ini, Stephen Barrett, M.D. menyimpulkan bahwa alat-alat ini secara medis tidak berguna.

The Guardian Unlimited article has had some impact on how the Aqua Detox and its imitators are marketed. Some marketers admit that the colors are due entirely to electrode conversion, and there is less emphasis on toxin removal and more emphasis on the “balancing” of “energy” that is not measurable with scientific instruments (and is therefore untestable.) But the bottom line is very simple. All such devices should be considered medically worthless.

Talkabouthealthnetwork.com bahkan mengatakan bahwa terapi detox kaki juga memiliki resiko karena reaksi ini melepaskan gas Klorin yang beracun dan Hidrogen yang mudah terbakar. Berhati-hatilah jika menggunakan alat ini. Jangan gunakan alat detoks kaki pada ruangan tertutup karena gas berbahaya akan terkonsentrasi. Atau lebih baik lagi, jangan gunakan alat ini :).

Hydrogen and chlorine gas is given off in this process. The oxygen atoms from the water combine in the liquid with the salt(added to water to improve conductivity) to form hydroxyl ions. The chlorine gas is from the chloride in the salt. The oxygen in the hydroxyl ions stay in the solution.

Given that chlorine gas is poisonous, this process can be potentially be dangerous to your health. And the explosive hazard posed by the hydrogen is another minus.

Mungkin karena Undang-undang perlindungan konsumen yang cukup baik di negara-negara maju, Ray Girvan dalam tulisannya “Bad Science and rusty footbath revisionism” mengatakan bahwa beberapa produsen ‘alat-alat’ tersebut merevisi klaim bahwa ‘racun’ berwarna merah kekuning-kuningan tersebut berasal dari dalam tubuh peserta terapi. Kini mereka mengatakan bahwa warna tersebut berasal dari elektroda pada alat tersebut. Walaupun demikian tentunya manfaat dari alat ini masih belum dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

However did the press manage to arrive at such a misconception? Perhaps via the vendors’ own statements? Hydra Detox (www.hydradetox.com) now says that its machine merely rebalances the body: “This type of machine is described as a detox machine because the response of a rebalanced body is to excrete any excess toxins via the kidneys, liver, bowels and skin AFTER the treatment” (their capitals, not mine). But a Google search finds a repeated occurrence of an older marketing tagline “Hydra Detox Foot Spas, simply immerse your feet in water and watch in amazement as the toxins are released through the pores in your feet”. Similarly, a Google search also finds many sites for Aqua Detox and Bio Detox stating that you’ll “see the excreted toxins in the water”, in texts whose near-identical content suggests that the claim was in their manufacturers’ blurb.

Bagaimana di Indonesia? Saya lihat Indonesia belum memasuki ‘tahapan’ tersebut, mungkin karena perlindungan konsumen yang sangat lemah. Produsen alat-alat tersebut masih bebas mengklaim hal-hal yang jelas-jelas tidak benar.

Update 23 Jun 2006:

Guru Besar FMIPA Unair Prof. Dr. Ir. Suhariningsih bersama Dinas Kesehatan Kota Surabaya dan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur telah melakukan penelitian terhadap alat-alat ini.

Dari hasil penelitian, membuktikan bahwa alat itu sebenarnya tidak mempunyai pengaruh apapun terhadap pasien. “Perubahan warna air dari kaki yang direndam, misalnya merah kehitaman atau warna lain, itu sangat tergantung dari konduktor yang direndam atau disalurkan ke dalam air tersebut,” jelasnya.

Update 7 Jul 2006:

Beberapa produsen dari alat ini mengklaim bahwa alat ini sudah memperoleh sertifikasi Class IIa di Eropa. Bagi orang awam, sertifikasi semacam ini bisa menjadi sangat meyakinkan dan seakan-akan alat ini sudah mendapat pengakuan dari para ahli. Tetapi kalau kita mau menelaah lebih lanjut, sertifikasi Class IIa ternyata tidak menyertakan uji klinis! Berikut adalah kutipan wawancara Majalah Medical Device & Diagnostic Industry pada Gordon Higson –ketua komite teknis ISO untuk alat-alat medis–:

In recent years, FDA has become increasingly interested in having device companies develop clinical data about the safety and effectiveness of their products. Is there such an emphasis in Europe?

No. The European approach requires clinical evidence only when the safety of a device cannot be established in the laboratory. But for many devices it is possible to do so, and therefore no clinical data are required.

Even when such data are needed, in Europe the requirement is to show clinical evidence only for safety and performance–not for effectiveness. There is no efficacy requirement in the European law. Our approach is to determine whether the technology performs in accordance with its labeling; we leave it to the medical profession to decide whether one diagnostic or therapeutic methodology is preferable to another for an individual patient.

Are there Class IIa devices that don’t present much danger and, therefore, would not necessarily have to go through much testing?

That’s correct. They have to go through an approval process, but it probably would not involve clinical studies.

Lihat juga diskusi di Quackblog: 1 dan 2.

Penjelasan yang diberikan oleh sebagian besar produsen alat-alat ini tidak meyakinkan secara medis. Tetapi ada beberapa yang memberikan penjelasan yang di mata orang awam terlihat meyakinkan seperti pada situs web Aqua Detox ini. Walaupun demikian, jika dilihat lebih teliti lagi, maka hasil ‘penelitian’ tersebut sama sekali tidak meyakinkan.

Update 16 Jul 2006:

Prof. Suhariningsih dan Drs. Tri Anggoro Priyo melakukan penelitian terapi ion ini di Laboratorium Biofisika FMIPA Universitas Airlangga. Hasilnya? Terapi ion tidak membawa manfaat.

“Dari reaksi elektrolisis tersebut, air yang berwarna kuning, kemerahan dan coklat mengandung Fe 3+, sedangkan air yang berwarna hijau mengandung Ni2+, sedangkan Cl2 justru mengandung gas yang paling berbahaya,” jelas Prof SUHARININGSIH pada suarasurabaya.net.

Hasil analisis menunjukkan bahwa unsur yang pertama kali keluar dari elektroda adalah ion besi (Fe) yaitu kuning coklat, kemudian diikuti oleh ion Ni (nikel) berwarna hijau/hijau tua. Sedangkan ion Cr dan ion Mn selama eksperimen tidak nampak.

Kesimpulannya, warna dan gelembung udara yang dihasilkan oleh terapi ion (katoda-anoda-kaki) dalam satu ember itu berasal dari elektroda (katoda anoda) yang digunakan, bukan dari ion dari tubuh melalui kaki.

Update 8 Agustus 2006:

Kepolisian mulai melakukan penertiban terhadap ‘terapi’ ini di Surabaya!

Update 24 Mei 2007:

Pada bulan Januari 2007, acara televisi Watchdog yang diputar di BBC Inggris mengulas tentang aqua detox. Seperti yang bisa kita tebak, kesimpulan mereka juga tidak jauh berbeda.

But Watchdog took this idea to science expert Dr Ben Goldacre, who wasn’t impressed. He said: “It has nothing to do with toxins. It’s just basic chemistry – electrolysis. The water goes brown because metal electrodes are rusting in a salt water bath.” So even if you don’t put your feet in the water, it would still turn brown. Goldacre even demonstrated the process with some salt water, a car battery and a Barbie doll. Even Barbie turned the water brown.



The company still claims the machine will get rid of your toxins, but not over the course of the 30-minute session. It now says it’ll kick start your body’s natural immune system, and toxins will be released over the course of a few days. Watchdog showed these claims to Dr David Bender, a senior lecturer in biochemistry at UCL, who said these new claims were also scientific nonsense.

The Aqua Detox probably won’t do you any harm – except to your wallet – but it seems it won’t do you much good either.

Senin, 07 Mei 2012

Daun Salam Buat Asam Urat


Daun salam atau jawa ( Godong Salam ) obat asam urat - Obat asam urat alami. Mengobati asam urat merupakan salah satu khasiat daun salam. Seperti yang pernah ditulis oleh, Prof Hembing Wijayakusuma dalam bukunya Tumbuhan Berkhasiat Obat: Rempah, Rimpang, dan Umbi. Mengungkapkan pohon dan daun salam memiliki berbagai khasiat obat yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari, diantaranya sebagai obat asam urat alami.

Mengenai gejala asam urat serta makanan yang dihindari penderita penyakit asam urat bisa dilihat di postingan sebelumnya: Gejala Penyakit Asam urat.


Pohon salam bisa dimanfaatkan untuk mengatasi asam urat, stroke, kolesterol tinggi, melancarkan peredaran darah, radang lambung, diare, gatal-gatal, kencing manis, dan lain-lain. Kandungan kimia yang dikandung tumbuhan ini adalah minyak atsiri, tannin, dan flavonoida. Bagian pohon yang bisa dimanfaatkan sebagai obat adalah daun, kulit batang, akar, dan buah.

Tumbuhan ini dapat ditemukan dari dataran rendah sampai pegunungan dengan ketinggian 1.800 meter di atas permukaan laut. Selain daun yang dipakai sebagai bumbu, kulit pohonnya biasa dipakai sebagai bahan pewarna jala atau anyaman bambu. Perbanyakan tumbuhan ini bisa dilakukan dengan biji, cangkok, atau stek.

Daun salam biasa dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia sebagai pelengkap bumbu dapur. Pohon salam (Syzygium polyanthum) yang biasa tumbuh liar di hutan dan di pegunungan bisa mencapai ketinggian 25 meter dan lebar pohon 1,3 meter.

Daun Salam Obat Asam Urat.
Untuk mengatasi asam urat yang tinggi, caranya dengan merebus 10 lembar daun salam direbus dengan 700 cc air hingga tersisa 200 cc, kemudian airnya diminum selagi hangat. Diminum tiap pagi dan sore.

Untuk pencegahan, 7 lembar daun salam direbus dengan 2 gelas air hingga menjadi satu gelas. minum tiap hari satu gelas.

Semoga informasi mengenai Daun salam obat asam urat atau obat asam urat alami dapat bermanfaat :)gsang pembentukan insulin

3 Jenis Tumbuhan Untuk Diabetes


Brotowali (Tinaspora Crispa)
Tumbuhan brotowali mengandung senyawa aktif tinokrisposid berkhasiat mempercepat keluarnya glukosa melalui peningkatan metabolisme atau disimpan secara langsung sebagai lemak. Penelitian dari RS King Chulalangkorn di Thailand terhadap 36 pasien yang diberi ekstrak brotowali menunjukkan penurunan gula darah yang signifikan. Bagian yang paling sering digunakan dari brotowali adalah batang dan akarnya yang secara tradisional direbus untuk diminum. Uji klinis menunjukkan brotowali tidak beracun sehingga aman dikonsumsi




Pare atau Paria (Momordica charantia)
Pare atau paria adalah sayuran tropis dibudidayakan secara luas di Asia, Afrika dan Amerika Selatan, dan telah lama digunakan dalam pengobatan tradisional sebagai obat diabetes. Pare mengandung steroid saponin yang dikenal sebagai charantin, peptida yang menyerupai insulin. Senyawa aktif ini meningkatkan regenerasi sel-sel, merangsang sekresi insulin di pankreas, dan merangsang penyimpanan glikogen di liver yang secara keseluruhan berdampak menurunkan gula darah pada pasien diabetes tipe 2.




Gymnema Sylvestre
Gymnema adalah jenis tanaman merambat seperti sirih yang tumbuh di hutan tropis. Daunnya bulat telur (elips) dan bunganya berwarna kuning kecil berbentuk seperti lonceng. Bahan aktif tanaman ini, asam gymnemic, diekstrak dari daun dan akar, dan membantu menurunkan dan menyeimbangkan tingkat gula darah. Bentuk unik molekul asam gymnemic mirip dengan glukosa sehingga memungkinkannya mengisi reseptor sel pada lapisan usus untuk mencegah penyerapan molekul gula.

Ekstrak tanaman ini dapat menjadi pengganti yang sangat baik untuk obat penurun gula darah karena membantu pankreas memproduksi insulin pada diabetes tipe 2 (di mana tubuh penderita memproduksi terlalu sedikit insulin atau tidak mampu menggunakan insulin secara efisien). Gymnema juga meningkatkan kemampuan mengendalikan kadar gula darah pada diabetes tipe 1 dengan cara memperbaiki sel beta pankreas dan merangsang pembentukan insulin